Halo! Apa kabar? :D *klasik
Kuliah semakin sibuk, dan sebentar lagi sudah mau UTS. Perasaan baru aja Februari kemarin masuk ke semester dua. Semoga gue gak males belajar buat UTS nanti :p
Jadi hari Senin tanggal 26 Maret 2012, untuk pertama kalinya gue naik bus kota. HAHAHAHA :))). Rasanya nano-nano banget. Nah, gue mau berbagi sedikit pengalaman gue naik bus dari Jakarta ke Tangerang. Waktu udah menunjukkan pukul 3 sore lewat, pas gue memutuskan untuk balik ke Serpong setelah berkunjung ke Universitas di Jakarta. Tentu saja gue gak sendiri, gue belum senekat itu. Gue ditemani oleh dua kakak cantik yang memang sudah berpengalaman naik bus.
Di tengah teriknya matahari, kita nunggu bus di pinggir jalan. Dimana asap kendaraan, kepadatan kota tuh udah bener-bener bikin sumpek. Gak lama kemudian, bus yang kita tunggu itu datang, dan langsung saja kita naik ke dalam bus yang entah nomor berapa, gue udah lupa. Untung saja masih ada kursi sisa meskipun di bagian belakang. Akhirnya bus mulai jalan, dan gue merhatiin seorang bapak-bapak yang entah disebut apa, berjalan dari depan ke belakang buat ngumpulin duit. Gue tanya ke kakak yang duduk di sebelah gue, "Berapa ya, Kak?" Kakak itu menjawab, "Tiga ribu kayaknya."
Dalam hati gue mikir, kok masih bisa segitu ya harganya? Transjakarta saja tiga ribu lima ratus. Ini kan dari Jakarta ke Tangerang, loh? Belum lama gue berpikir, Bapak yang ngumpulin duit itu sudah di depan gue. Dan gue sedikit takjub saat sang Bapak balikin lima ratus perak setelah gue bayar dengan uang tiga ribu rupiah. Tidak lama kemudian, bus pun akhirnya benar-benar jalan untuk memasuki tol.
Sejujurnya gue cukup riang, merhatiin penumpang bus yang bervariasi. Seorang mas-mas yang duduk di samping gue terlihat kecapean. Begitu juga dengan ibu-ibu yang duduk di kursi agak depan. Bus pun kemudian melaju kencang, dan angin yang masuk dari jendela sekeliling bertiup kencang sampai-sampai gue mesti pegangin rambut gue. Lalu, ada seorang mas-mas yang berdiri di tengah-tengah dan mulai mengucapkan kata-kata seperti sedang berfirman. Gue berpikir, unik juga ya? Apakah ini merupakan bagian hiburan dari busnya? Tapi ternyata gue salah. Setelah Mas tersebut selesai ngomong, dia edarin kantong plastik bungkus IndoCafe dari depan sampai ke belakang. Logam lima ratusan yang gue pegang daritadi akhirnya gue masukin ke kantong itu. Setelah banyak terimakasih, Mas itu keluar dari bus dan diganti dengan seorang bapak-bapak berkumis.
Baru saja bapak itu masuk, ia sudah membagikan amplop kepada penumpang bus. Bapak yang duduk di samping gue terlihat mencoba tidur. Terus, gue cukup kaget ketika Bapak yang membagikan amplop itu bilang, "Yang enggak ngantuk, gak usah pura-pura tidur." sambil nyodorin amplopnya ke gue. Dia juga berulang-ulang mengatakan kalau ia tidak akan memaksa, dan hanya meminta keiklasan dari kita saja. Di depan amplop tersebut ada tulisan yang kurang lebih intinya tuh mengatakan kalau si Bapak butuh biaya buat sekolahin anaknya. Dimohon pengertian dan keiklasan dari kita. Tanpa pikir apakah Bapak tersebut berbohong atau enggak, gue langsung saja nyelipin dua ribuan ke dalam amplop itu. Gue gak peduli juga kalau memang si Bapak berbohong, itu urusannya nanti sama yang Kuasa. Setelah itu, sang Bapak itu mulai bernyanyi pakai kecrekan, yang jelas suaranya gak kedengeran.
Bus sempat mampir pom bensin, yang ada pemberhentian untuk istirahat. Banyak penumpang yang turun di sana, dan ada juga yang kemudian naik. Termasuk, mas-mas pengamen dengan gitarnya. Ketika bus kembali berjalan, mas-mas itu pun mulai bernyanyi. Berhubung bus sedang melaju kencang-kencangnya di tol, gak heran kalau suara mas-mas itu sama sekali gak kedengeran. Ibarat kayak suara lebah di kuping gue. Mesin busnya saja udah cukup kencang. Akhirnya gue selipin sebuah koin seribuan di kantong yang diedarin mas-mas itu. Yah, setidaknya dia berusaha untuk ngamen daripada nyopet.
Gue jadi berpikir, memang sih tarif bus hanya dua ribu lima ratus. Tapi 'pajak-pajak' tidak langsung ternyata cukup banyak. Gue tahu memang, kalo kita gak harus ngasih ke 'penyanyi' bus itu, tapi yahhh... Namanya juga pengalaman pertama :D
Kalo ditanya, apakah gue having fun? Yep, jelas gue seneng naik bus. Apalagi gue bisa melihat macam-macam orang. Tapi apakah lain kali mau naik bus lagi? Hmm... Masih dipikirkan :p Yang jelas, gue mau bilang kalau gak ada salahnya mencoba alat transportasi umum negara kita ini, meskipun memang terkadang banyak kendaraan yang sudah kurang layak untuk dioperasikan. Semoga ke depannya, pemerintah bisa lebih serius dalam menangani peroperasian kendaraan umum, jadi rakyat juga bisa lebih percaya buat naik kendaraan umum. Dan bukan tidak mungkin, angka kemacetan di ibukota bisa berkurang. :))
Jessica Chiu.